Pada suatu hari seorang kepala sekolah muda yang masih single memanggil
ustadzah pengabdian/tugas dari sebuah pondok pesantren yang sebentar lagi masa
tugasnya habis dan harus kembali ke pondoknya.
Kepsek : “Ustadhah, sampean kira2 satu bulan lg...
hemm... selesai masa tugasnya ya..? (kepsek mengawali pembicaraan)
Ustadhah : “Ya pak, emang ada pa? (Ustadzah
bertanya tidak mengerti, karna udah hampir satu tahun tugas baru kali ini
dipanggil ke kantor kepsek, karna sepengetahuannya kepsek ini sangat cool dan
disiplin sehingga para guru sungkan dan ditakuti oleh siswanya)
Kepsek : “ya... aq merasa ada perbedaan guru tugas
yg dulu dgn yg sekarang... (sambil menghela nafas)”skrg ini aq kok merasa
kehilangan”
Ustadzah : ”kehilangan apa pak?” (Ustadzah
tambah tidak mengerti)
Kepsek : ”Hemmm... ya udahlah, kamu boleh kluar sekarang
selesaikan tugas2 semuanya sebelum km pulang, jangan lupa juga latih anak kelas
akhir biar acara perpisahan lebih meriah. Oia minta nomer HP kamu biar nanti
kalo ada perlu sesuatu aq bisa nelpon kamu” (kepsek berkata dgn tegas untuk
mengalihkan pembicaraan, yg sebenarnya yg mau di ucapkan adalah “Aq merasa
kehilangan kamu” tp disimpennya perasaan itu dalam2 agar tidak ktahuan siapapun)
Ustadzah : ”Ya pak (Setelah memberikan no HP lgsg keluar kantor tanpa
peduli kalo kepsekx memandangx dari belakang sampai hilang bayangannya)
Udah hampir satu
minggu, kejadian kemaren membuat kepsek sulit tidur, tapi setiap hari dilihatnya
si ustadzah cuek aja sibuk dgn melatih siswa persiapan wisuda seperti tidak
pernah terjadi apa2, akhirnya kepsek ingat no HP yg disimpannya. setelah sholat
isyak kepsek memberanikan diri menelponnya.
Kepsek : “Halo..
Assalamualikum!”
Ustadzaah : “Waalaikum
salam, da pa pak?”
Kepsek : ”Gimana
persiapan perpisahan & wisuda nanti, ustadzah?”
Ustadzah :
“Insyaallah anak2 udah siap pak, tp sbagian msh belum maksimal dan perlu nambah
jam latihan pak.
Kepsek : “Oia gak pa2
tambahi aja jam latihannya, aq serahkan tuk acara nanti k sampean semuanya,
yang penting ketika acara anak2 bisa tampil bagus”
Tanpa disadari
keduanya semakin akrab, dan saling telponan mengurusi persiapan perspisahan,
wisuda dll, sampai pada akhirnya tibalah saat2 perpisahan itu.. ternyata
perpisahan itu bukanlah hanya untuk guru dengan siswanya, tapi di dalam lubuk
nun di pojok sana duduk seorang kepsek merenung “sepi dalam keramaian”
tersimpan benih2 perpisahan yang sangat memilukan yaitu perasaan kepsek yang
sampai detik2 perpisahan belum tersampaikan kepada si ustadzah pujaannya....
sampai jam 11 malam acara perpisahanpun selesai.
Malam ini adalah
malam terakhir karna besok si ustadzah akan meninggalkan tempat tugasnya tuk
kembali ke pondoknya. semakin malam semakin perih perasaan kepsek semalaman gak
bisa memejamkan mata walaupun sesaat, kini penderitaan itu semakin bertambah
saat mendengar bisik2 dari temannya klo si ustadzah udah punya cowok pilihan..
“duh... Gusti harus aq apakan perasaan ini, berdosakah jika aq menyampaikan
kepadanya malam ini?” (gumamnya dalam hati) “klo aq sampaikan apakah itu tidak
menambah beban dia meninggalkan tempat tugasnya, karna aq tau saat nyanyian
sanonara tadi perpisahan antara siswa dan dia sama2 menangis sungguh mengiris
hati” (kepsek bicara sendiri kayak orang gila). Malam itu memberanikan diri tuk
menelponnya. setelah menelpon beberapa lama seperti biasa ahirnya si kepsek memaksakan
diri tuk ungkapin juga perasaan itu.
Kepsek :
“Ustadzah, aq suka orang seperti kamu”
Ustadzah : “maksudnya
apa pak?” (dia menjawab tidak mengerti atau pura2 gak ngerti, yg penting udah
menyampaikan perasaan itu, sedikit lega rasanya walaupun sangat sulit
menyampaikannya)
Kepsek : “Aq ingin
kmu menjadi ibu dan ustadah bagi anak2q”
Ustadah
: (lama gak jawab, mungkin
msh menterjemah dr kata2 itu, entah berapa lama pada ahirnya, dengan suara
ditekan, pelan dan mantap menjawab) “klo emang sungguhan sampean harus berani
menghadap kiai dan ortuq”
Byaaaar.. hati kepsek berbunga2 bagaikan bunga yg
layu hampir mati tersiram kembali oleh air perindu, jangankan besok pagi, malem
inipun kepsek sanggup datang ke ortuanya. BERSAMBUNG!!! (Catatan harian 6
Syawwal 1947)